Tiga lapangan yang dikelola Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar akan direnovasi di tahun anggaran 2011 mendatang. Untuk merenovasi ketiga lapangan tersebut,pemkot akan bekerjasama dengan pihak ketiga. Tiga lapangan itu yakni Lapangan Bumi Tamalanrea Permai (BTP), Lapangan Hertasning, serta satu lapangan yang terletak di kawasan Pannakukang. Sesuai rencana, fasilitas lapangan ini akan diperbaiki, baik ketinggiannya maupun pemanfaatan tamantaman di sekitarnya. Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin mengatakan, khusus untuk Lapangan Hertasning, pihaknya akan bekerjasama dengan PLN tentang pemeliharaannya. Sebab, di lapangan itu berhadapan dengan kantor PLN. Sementara Lapangan BTP yang selama ini sering tergenang air setiap musim hujan, tinggi tanahnya dinaikkan setengah meter.
Sehingga ke depan, lapangan ini bisa tetap dimanfaatkan warga untuk berolahraga, meski musim hujan. “Program yang berjalan tahun ini merupakan bagian dari upaya Pemkot Makassar dalam mendukung program Go Green Pemerintah Provensi Sulsel,”ujar Ilham. Dia menambahkan, penataan lapangan dinilai sangat penting, karena juga terkait penghijauan kota. Apalagi, kondisi Makassar belakangan ini masih cukup gersang, dan membutuhkan penghijauan, termasuk lapangan dan taman-taman. Sehari sebelumnya, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dan Ilham,hadir bersama di peresmian fasilitas toilet di Taman Macan, yang sering dijadikan salah satu tempat favorit warga kota untuk melakukan aktivitas olahraga.
Di taman itu,selain bisa ditempati berolahraga, seperti renang, juga sudah punya sarana tempat mandi, cuci, kakus (MCK) berkat kerjasama Pemerintah Provinsi Sulsel dengan Pemkot Makassar, yang menghabiskan biaya sebesar Rp89,7 juta. Menurut rencana, lapangan yang bakal direnovasi kemungkinan besar juga menggunakan fasilitas tersebut, guna mempermudah dan memanjakan para warga yang melakukan aktivitas olahraga. Terkait rencana pemkot melakukan penataan, mendapat dukungan dari Anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Makassar Mujiburahman. Bagi dia, penataan itu sudah harus dilakukan, karena manfaatnya ke warga bisa dirasakan.
Hanya dia meminta kepada pemkot, agar selain melakukan penataan, juga harus segera menerbitkan perda mengenai aset pemerintah.Alasannya,sudah banyak contoh fasilitas umum (fasum) yang beralih menjadi milik pribadi,termasuk lapangan. “Ini yang harus diantisipasi, karena jangan sampai merenovasi atau membiayai pemeliharaannya, justru ke depan bermasalah. Seperti di salah satu lapangan di Minasa Upa, yang dulunya fasum, kini menjadi milik pribadi,” tandas Muji, sapaan akrabnya saat dimintai tanggapannya, secara terpisah kemarin. Soal kerjasama dengan pihak ketiga,politisi muda Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) ini tidak setuju. Sebab, pengelolaan lapangan dan taman sudah menjadi wewenang Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota. “Tidak usah dipihakketigakan.
Tinggal bagaimana dinas terkait yang selama ini diberikan kepercayaan mengelola lapangan, taman atau fasilitas umum bisa meningkatkan kinerjanya,” imbau mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) UIN Alauddin. Diketahui,sejumlah lapangan di Makassar,di samping berfungsi sebagai tempat berolahraga, juga seringkali digunakan untuk kegiatan suksesi politik. Seperti kampanye pemilu legislatif, pemilu presiden, pilkada gubernur, dan wali kota. (arif saleh) Baliho Kreatif Mahasiswa Itu Kini Tiada Lagi Baliho tiap tahun terpampang perkasa di gerbang kampus Universitas Negeri Makassar (UNM). Namun, pemandangan itu kini tak terlihat lagi. Lambang penanda dimulainya pesta penyambutan mahasiswa baru (maba) ini tinggal cerita.
Pesta penyambutan yang populer dengan sebutan ospek oleh birokrat kampus telah dihapuskan. Minggu sore (19/9), suasana kampus UNM sektor Parang Tambung nampak dengan wajah yang baru.Padahal,saat yang sama tahun-tahun sebelumnya, mahasiswa selalu disibukkan dengan berbagai kreasi yang telah menjadi tradisi Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) di kampus eks Institut Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) itu. Tak ada lagi kumpulan mahasiswa yang berkeringat dengan iringan tawa sambil membuat baliho.Baliho tiga dimensi dengan bentuk variatif dan unik yang dikerjakan dalam waktu yang lama.
Baliho dalam rupa rajawali dan mumi yang menggambarkan kebesaran fakultas masing- masing. Yang ada tinggal kumpulan mahasiswa di dalam kampus dengan gelagat berbeda. Mereka hanya duduk di sudut kampus sembari mendiskusikan kebijakan petinggi kampus yang meniadakan ospek itu. Apa untung dan di mana ruginya? Hanya ada spanduk kecil yang terpasang dengan tulisan, “Selamat Datang Mahasiswa Baru”. Presiden Badan Ekskutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Teknik Ahmad Rozady Jufri mengaku,peniadaan pesta PMB di UNM adalah untuk pertama kali.Kebijakan petinggi UNM diputuskan lewat rapat senat universitas.Tujuannya pun sangat mulia,menghilangkan kekerasan yang telanjur melekat di kampus jaket orange itu.
“Itu keputusan senat universitas untuk menghilangkan stigma negatif di kampus. Kami juga harapkan peniadaan prosesi ini akan berdampak lebih positif,” kata Rozady kepada SINDO, kemarin. Maklum, FT adalah fakultas yang sangat mengsakralkan prosesi penyambutan maba. Hanya saja, Rozady menyayangkan dihapusnya PMB secara otomatis akan menghapus tradisi kreatif mahasiswa. Gerbang kampus yang biasa disulap menjadi galeri puluhan baliho juga lenyap. Ia bercerita,sebuah baliho terkadang menelan biaya hingga sepuluh juta yang dikerjakan berhari- hari. Ini alasan mahasiswa berat menerima kebijakan petinggi kampus.
“Baliho sudah menjadi tradisi di kampus UNM. Baliho milik fakultas biayanya di atas sepuluh juta, di luar konsumsi teman-teman yang kerja.Baliho milik jurusan, biayanya lebih murah dari itu,”ungkapnya. Dekan FT Husain Syam yang sore itu berkeliling kampus menegaskan, langkah ini sebagai jalan untuk menghilangkan citra negatif yang telanjur melekat. Jika prosesi ospek terus dilakukan, maka kekerasan di kampus UNM akan terus menjadi tradisi dan tak akan pernah diakhiri. “Akar persoalan di kampus sesungguhnya berasal dari proses ini.
Proses ini menjadi tempat para senior memberikan doktrin yang tidak benar kepada maba, termasuk kebencian dengan fakultas yang lain,” tegas Husain. Husain berharap, korban yang jatuh akibat kekerasan di kampus tidak bertambah lagi. Husain menyayangkan sikap mahasiswa yang tidak ikhlas menerima penghapusan ospek itu. Meski demikian, birokrat UNM terus berupaya menjelaskan kepada pengurus lembaga kemahasiswaan. Solusinya, pengkaderan maba bisa dialihkan ke lain waktu dengan format dan tujuan yang lebih jelas. “Pastinya tidak ada unsur kekerasan. Kita tidak ingin lagi ada orang tua maba yang datang melakukan protes lantaran anaknya sakit atau cedera,” katanya.
Di tempat terpisah Pembantu Rektor Tiga UNM Hamsu Gani mengaku, kekerasan di kampus tidak akan pernah dibenarkan. Cukup sudah, ospek sebelumnya yang menjadi sejarah yang tidak akan pernah diulangi. Apalagi, ospek menjadi awal pertikaian antara fakultas yang satu dengan fakultas yang lain. “Kita ingin menciptakan suasana kampus dengan nuansa akademik yang tidak diikuti dengan premanisme di belakangnya. Ini ironis dan setiap pertemuan secara nasional selalu kita yang menjadi sasaran,”bebernya.
Harga Tiket Peswat Untuk Lebaran Naik 200 Persen
5 tahun yang lalu