Atraksi liong, Atraksi liong (ular naga) memeriahkan pawai perayaan Cap Go Meh di kawasan Kota, Jakarta Barat, kemarin. Perayaan Cap Go Meh di Jatinegara, Jakarta Timur, dan di Kota Tua, Jakarta Barat, kemarin berlangsung meriah.Perayaan yang dilakukan dalam rangka memeriahkan tahun baru Imlek tersebut diikuti sekitar 700 peserta dari berbagai daerah. ”Ada tiga naga dan puluhan barongsai yang datang dari beberapa perguruan,” kata humas penyelenggara Sartono kemarin.
Barongsai didatangkan dari Sukabumi, Jawa Barat, dan Sumatera Barat untuk memeriahkan hari ke-15 setelah tahun baru Imlek atau Cap Go Meh. Perayaan Cap Go Meh memiliki makna mendalam bagi warga keturunan Tionghoa. Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa hari ke- 15 setelah tahun baru Imlek merupakan hari terakhir turunnya hujan. Pada hari itu disarankan untuk bercocok tanam. ”Ini memang sudah menjadi kewajiban (merayakan Cap Go Meh),” kata Sartono.
Pada karnaval kemarin berbagai kesenian di Tanah Air juga diikutsertakan. Di antaranya reog Ponorogo, angklung dari Jawa Barat, serta kesenian Betawi seperti marawis, ondel-ondel, dan tanjidor. Meski hujan mengguyur, masyarakat antusiasi menyaksikan acara yang telah diselenggarakan sejak tahun 2000 itu. ”Hujan menandakan keberkahan. Jadi walau hujan, ini bukan halangan,” ujar Sartono.
Camat Jatinegara Andriansyah mengatakan, karnaval perayaan Cap Go Meh diselenggarakan setiap tahun. Bahkan, telah menjadi agenda wisata di Jakarta Timur. ”Ini akan berlanjut setiap tahunnya,” ujarnya kemarin. Compliance Services Indonesia berharap, dengan acara tersebut masyarakat juga bisa mengenal budaya Tionghoa.
Sementara di Jakarta Barat perayaan Cap Go Meh dilangsungkan di beberapa lokasi seperti kawasan Roxy Mas dan Kota Tua. Salah satu pusat keramaian masyarakat yang ingin menyaksikan parade Cap Go Meh adalah kawasan Kota Tua di sekitar Museum Fatahillah. Arak-arakan dimulai dari Kelenteng Toa Se Bio di Petak Sembilan.
Ribuan orang memadati jalan-jalan menuju Kota Tua untuk menyaksikan para peserta karnaval mengarak replika-replika Dewa. Liukan liong (naga) yang digerakkan manusia dan atraksi lincah barongsai menambah kesemarakan karnaval. Acara tersebut juga menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang mengunjungi kawasan Kota Tua.“Perayaan seperti ini sangat menarik.
Saya baru tahu kalau di Jakarta juga ada pesta orangorang China seperti ini,” ujar Will, warga Kanada yang sedang berkunjung ke Indonesia untuk urusan bisnis. Arak-arakan yang berlangsung pukul 13.00–15.00 WIB ini semakin meriah dengan atraksi Tatung dari Kalimantan. Pemain atraksi ini menusukkan besi-besi runcing ke wajah mereka. Kehadiran kesenian khas Betawi, ondel-ondel, juga menambah nuansa membaurnya beragam budaya dalam karnaval Cap Go Meh.
Barongsai didatangkan dari Sukabumi, Jawa Barat, dan Sumatera Barat untuk memeriahkan hari ke-15 setelah tahun baru Imlek atau Cap Go Meh. Perayaan Cap Go Meh memiliki makna mendalam bagi warga keturunan Tionghoa. Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa hari ke- 15 setelah tahun baru Imlek merupakan hari terakhir turunnya hujan. Pada hari itu disarankan untuk bercocok tanam. ”Ini memang sudah menjadi kewajiban (merayakan Cap Go Meh),” kata Sartono.
Pada karnaval kemarin berbagai kesenian di Tanah Air juga diikutsertakan. Di antaranya reog Ponorogo, angklung dari Jawa Barat, serta kesenian Betawi seperti marawis, ondel-ondel, dan tanjidor. Meski hujan mengguyur, masyarakat antusiasi menyaksikan acara yang telah diselenggarakan sejak tahun 2000 itu. ”Hujan menandakan keberkahan. Jadi walau hujan, ini bukan halangan,” ujar Sartono.
Camat Jatinegara Andriansyah mengatakan, karnaval perayaan Cap Go Meh diselenggarakan setiap tahun. Bahkan, telah menjadi agenda wisata di Jakarta Timur. ”Ini akan berlanjut setiap tahunnya,” ujarnya kemarin. Compliance Services Indonesia berharap, dengan acara tersebut masyarakat juga bisa mengenal budaya Tionghoa.
Sementara di Jakarta Barat perayaan Cap Go Meh dilangsungkan di beberapa lokasi seperti kawasan Roxy Mas dan Kota Tua. Salah satu pusat keramaian masyarakat yang ingin menyaksikan parade Cap Go Meh adalah kawasan Kota Tua di sekitar Museum Fatahillah. Arak-arakan dimulai dari Kelenteng Toa Se Bio di Petak Sembilan.
Ribuan orang memadati jalan-jalan menuju Kota Tua untuk menyaksikan para peserta karnaval mengarak replika-replika Dewa. Liukan liong (naga) yang digerakkan manusia dan atraksi lincah barongsai menambah kesemarakan karnaval. Acara tersebut juga menjadi daya tarik wisatawan mancanegara yang mengunjungi kawasan Kota Tua.“Perayaan seperti ini sangat menarik.
Saya baru tahu kalau di Jakarta juga ada pesta orangorang China seperti ini,” ujar Will, warga Kanada yang sedang berkunjung ke Indonesia untuk urusan bisnis. Arak-arakan yang berlangsung pukul 13.00–15.00 WIB ini semakin meriah dengan atraksi Tatung dari Kalimantan. Pemain atraksi ini menusukkan besi-besi runcing ke wajah mereka. Kehadiran kesenian khas Betawi, ondel-ondel, juga menambah nuansa membaurnya beragam budaya dalam karnaval Cap Go Meh.
0 komentar:
Posting Komentar